Senin, 01 Juli 2013

Sekilas Airdikit: NSA TERLALU (Sumber: Liputan 6.com)

Sekilas Sumber 1
Liputan6.com, Washington : Episode mengenai penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat melalui National Security Agency (NSA) terus berlanjut. Tapi kali ini kisahnya tak menyorot tentang pelarian Edward Snowden, eks asisten teknis di Badan Intelijen AS (CIA) dan NSA yang membocorkan upaya penyadapan tersebut. Fakta baru tentang penyadapan ini kembali terkuak dengan empat slide dari dokumen yang mengungkap informasi baru yang mengejutkan.

Dilansir dari laman Washington Post yang Liputan6.com kutip Minggu (30/6/2013), terdapat empat slide baru mengenai program penyadapan bernama PRISM. Seperti yang dibocorkan Snowden sebelumnya, PRISM merupakan program pengawasan yang dilakukan NSA dan FBI dengan memantau aktivitas online warga AS. Caranya, dengan memanfaatkan sembilan server milik perusahaan teknologi terkenal di AS seperti Google, Apple, Microsoft, Yahoo, dan Facebook.


Hal mengejutkan memang didapat di empat slide tentang program PRISM yang diungkap Washington Post. Antara lain: "tergantung provider, NSA bisa menerima notifikasi langsung saat target masuk ke akun atau mengirim email, teks, dan percakapan suara saat itu terjadi," demikian yang tertulis di dokumen PRISM.

Salah satu slide bahkan mengungkap screenshot antarmuka dari situs PRISM. Di sini terlihat jumlah penyadapan yang dilakukan Pemerintah AS untuk melawan aksi teror. Jumlah targetnya pun mencengangkan.

Dari salah satu yang diperlihatkan Washington Post adalah screenshot tertanggal 5 April. Angka yang diperlihatkan saat itu mengenai adanya 117.675 penyadapan. Angka ini merupakan "target pengawasan secara aktif". Tapi tak diketahui apakah 117.675 itu merupakan jumlah target individu, atau merupakan jumlah penyadapan.

Sedangkan dua slide lain memperlihatkan proses pengumpulan data. Dari analis di lembaga seperti NSA, ke analis data menggunakan tool seperti Marina (data internet), Mainway (catatan panggilan), Nucleon (data suara), Pinwale (data video).

Salah satu slide juga mengindikasikan kalau FBI melakukan pengecekan komunikasi terhadap database milik mereka sendiri. Ini merupakan salah satu cara untuk melakukan verifikasi terhadap target tertentu yang dipilih.

Tapi belum diketahui apakah NSA punya akses langsung ke sembilan server milik perusahaan teknologi raksasa. Keterlibatan mengenai server milik Google, Yahoo, Apple, Facebook Microsoft, PalTalk, YouTube, Skype, dan AOL ini sebelumnya terungkap dari slide yang telah dibocorkan sebelumnya dan dipublikasi di Washington Post dan The Guardian.

Bocoran ini kemudian diketahui dilakukan oleh Edward Snowden. Pemerintah AS saat ini masih berupaya untuk memulangkan dan memproses hukum Snowden di negara asalnya itu. Belum diketahui posisi Snowden saat ini.

Terakhir Snowden diketahui masih di area transit bandara di Moskow, Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin pun berjanji tak akan mengekstradisi Snowden, yang saat ini disebut Putin berada di zona yang secara hukum bukan wilayah Rusia.
Sekilas Sumber 2
Liputan6.com, Washington : Beberapa waktu lalu Amerika Serikat diketahui berupaya melakukan penyadapan dengan memanfaatkan sembilan server milik perusahaan teknologi raksasa yang berbasis di AS. Upaya penyadapan yang dilakukan National Security Agency (NSA) ini diungkap Edward Snowden, mantan asisten teknis Badan Intelijen AS (CIA) yang kemudian pindah ke NSA. Dalam dokumen yang dibocorkan Snowden, penyadapan itu dilakukan dalam program bernama PRISM.

Tapi ternyata aksi NSA tak hanya dilakukan terhadap warga sipil. Dilansir dari laman Der Spiegel yang Liputan6.com kutip Senin (1/7/2013), NSA juga diketahui melakukan penyadapan terhadap perwakilan Uni Eropa di AS. Alat sadap itu dikabarkan dipasang di kantor Uni Eropa di Washington dan New York.

Kabar ini terungkap dari dokumen "top secret" dari tahun 2010. Lagi-lagi Edward Snowden yang menjadi pembocor informasi ini. Selain memasang alat sadap di dalam gedung, komputer milik perwakilan Uni Eropa juga 'dibajak'.

Dengan demikian, menurut Der Spiegel, AS bisa mendengarkan tiap diskusi yang dilakukan di dalam ruangan-ruangan di kantor Uni Eropa. Email dan dokumen internal yang disimpan di dalam komputer pun bisa dengan mudah didapatkan NSA.

Dokumen yang sama juga mengindikasikan operasi penyadapan elektronik di kantor pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia. Lima tahun lalu, ahli keamanan Uni Eropa menyadari ada sejumlah percakapan telepon yang jadi target penyadapan. Dugaan itu menyebut upaya penyadapan menargetkan gedung Justus Lipsius, bangunan ini merupakan kantor Konsulat Kementerian Uni Eropa dan Konsulat Eropa.

Setiap perwakilan dari negara anggota Uni Eropa memang punya kantor di gedung Justus Lipsius. Para menteri dari tiap negara itu pun bisa menggunakan fasilitas komunikasi. Tentu saja aksi penyadapan bisa mengetahui komunikasi yang dilakukan, baik itu via telepon atau koneksi internet.

Pejabat keamanan kemudian melacak lokasi penyadapan berasal dari markas Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO. Secara lebih jelas, infiltrasi sistem komunikasi itu ternyata berasal dari kompleks bangunan yang terpisah dari markas NATO, dan digunakan oleh analis NSA.

Berdampak Buruk

Der Spiegel tak menyebut sumber yang memberikan informasi penyadapan di gedung Justus Lipsius. NSA pun belum memberikan komentar saat dikonfirmasi Reuters.

Meski begitu, jika kabar ini terbukti benar maka tentu saja akan mencoreng AS dan mengancam hubungan Eropa - AS. Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz pun mengakui kemungkinan dampak buruk dari hubungan diplomasi AS - Eropa jika memang ada penyadapan.

"Mewakili Parlemen Eropa, saya meminta klarifikasi penuh dan informasi lebih lengkap dari pejabat AS terhadap tuduhan ini," ucap Schulz dalam pernyataan email kepada Reuters.

Perdana Menter Luxemburg Jean Asselborn pun menganggap aksi itu menjijikkan jika terbukti benar. "AS sebaiknya mengawasi agen rahasianya ketimbang sekutunya. Kami (Uni Eropa) harus mendapat jaminan dari tingkat tertinggi di AS untuk hentikan ini segera," ucapnya kepada Der Spiegel.

Sekilas Sumber 2
Liputan6.com, Washington : Beberapa waktu lalu Amerika Serikat diketahui berupaya melakukan penyadapan dengan memanfaatkan sembilan server milik perusahaan teknologi raksasa yang berbasis di AS. Upaya penyadapan yang dilakukan National Security Agency (NSA) ini diungkap Edward Snowden, mantan asisten teknis Badan Intelijen AS (CIA) yang kemudian pindah ke NSA. Dalam dokumen yang dibocorkan Snowden, penyadapan itu dilakukan dalam program bernama PRISM.

Tapi ternyata aksi NSA tak hanya dilakukan terhadap warga sipil. Dilansir dari laman Der Spiegel yang Liputan6.com kutip Senin (1/7/2013), NSA juga diketahui melakukan penyadapan terhadap perwakilan Uni Eropa di AS. Alat sadap itu dikabarkan dipasang di kantor Uni Eropa di Washington dan New York.

Kabar ini terungkap dari dokumen "top secret" dari tahun 2010. Lagi-lagi Edward Snowden yang menjadi pembocor informasi ini. Selain memasang alat sadap di dalam gedung, komputer milik perwakilan Uni Eropa juga 'dibajak'.

Dengan demikian, menurut Der Spiegel, AS bisa mendengarkan tiap diskusi yang dilakukan di dalam ruangan-ruangan di kantor Uni Eropa. Email dan dokumen internal yang disimpan di dalam komputer pun bisa dengan mudah didapatkan NSA.

Dokumen yang sama juga mengindikasikan operasi penyadapan elektronik di kantor pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia. Lima tahun lalu, ahli keamanan Uni Eropa menyadari ada sejumlah percakapan telepon yang jadi target penyadapan. Dugaan itu menyebut upaya penyadapan menargetkan gedung Justus Lipsius, bangunan ini merupakan kantor Konsulat Kementerian Uni Eropa dan Konsulat Eropa.

Setiap perwakilan dari negara anggota Uni Eropa memang punya kantor di gedung Justus Lipsius. Para menteri dari tiap negara itu pun bisa menggunakan fasilitas komunikasi. Tentu saja aksi penyadapan bisa mengetahui komunikasi yang dilakukan, baik itu via telepon atau koneksi internet.

Pejabat keamanan kemudian melacak lokasi penyadapan berasal dari markas Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO. Secara lebih jelas, infiltrasi sistem komunikasi itu ternyata berasal dari kompleks bangunan yang terpisah dari markas NATO, dan digunakan oleh analis NSA.

Berdampak Buruk

Der Spiegel tak menyebut sumber yang memberikan informasi penyadapan di gedung Justus Lipsius. NSA pun belum memberikan komentar saat dikonfirmasi Reuters.

Meski begitu, jika kabar ini terbukti benar maka tentu saja akan mencoreng AS dan mengancam hubungan Eropa - AS. Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz pun mengakui kemungkinan dampak buruk dari hubungan diplomasi AS - Eropa jika memang ada penyadapan.

"Mewakili Parlemen Eropa, saya meminta klarifikasi penuh dan informasi lebih lengkap dari pejabat AS terhadap tuduhan ini," ucap Schulz dalam pernyataan email kepada Reuters.

Perdana Menter Luxemburg Jean Asselborn pun menganggap aksi itu menjijikkan jika terbukti benar. "AS sebaiknya mengawasi agen rahasianya ketimbang sekutunya. Kami (Uni Eropa) harus mendapat jaminan dari tingkat tertinggi di AS untuk hentikan ini segera," ucapnya kepada Der Spiegel


0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com