Sekilas Sumber 1
Liputan6.com, Washington : Episode mengenai penyadapan yang dilakukan
Amerika Serikat melalui National Security Agency (NSA) terus berlanjut.
Tapi kali ini kisahnya tak menyorot tentang pelarian Edward Snowden, eks
asisten teknis di Badan Intelijen AS (CIA) dan NSA yang membocorkan
upaya penyadapan tersebut. Fakta baru tentang penyadapan ini kembali
terkuak dengan empat slide dari dokumen yang mengungkap informasi baru
yang mengejutkan.
Dilansir dari laman Washington Post yang Liputan6.com kutip Minggu
(30/6/2013), terdapat empat slide baru mengenai program penyadapan
bernama PRISM. Seperti yang dibocorkan Snowden sebelumnya, PRISM
merupakan program pengawasan yang dilakukan NSA dan FBI dengan memantau
aktivitas online warga AS. Caranya, dengan memanfaatkan sembilan server
milik perusahaan teknologi terkenal di AS seperti Google, Apple,
Microsoft, Yahoo, dan Facebook.
Hal mengejutkan memang didapat di empat slide tentang program PRISM yang
diungkap Washington Post. Antara lain: "tergantung provider, NSA bisa
menerima notifikasi langsung saat target masuk ke akun atau mengirim
email, teks, dan percakapan suara saat itu terjadi," demikian yang
tertulis di dokumen PRISM.
Salah satu slide bahkan mengungkap screenshot antarmuka dari situs
PRISM. Di sini terlihat jumlah penyadapan yang dilakukan Pemerintah AS
untuk melawan aksi teror. Jumlah targetnya pun mencengangkan.
Dari salah satu yang diperlihatkan Washington Post adalah screenshot
tertanggal 5 April. Angka yang diperlihatkan saat itu mengenai adanya
117.675 penyadapan. Angka ini merupakan "target pengawasan secara
aktif". Tapi tak diketahui apakah 117.675 itu merupakan jumlah target
individu, atau merupakan jumlah penyadapan.
Sedangkan dua slide lain memperlihatkan proses pengumpulan data. Dari
analis di lembaga seperti NSA, ke analis data menggunakan tool seperti
Marina (data internet), Mainway (catatan panggilan), Nucleon (data
suara), Pinwale (data video).
Salah satu slide juga mengindikasikan kalau FBI melakukan pengecekan
komunikasi terhadap database milik mereka sendiri. Ini merupakan salah
satu cara untuk melakukan verifikasi terhadap target tertentu yang
dipilih.
Tapi belum diketahui apakah NSA punya akses langsung ke sembilan server
milik perusahaan teknologi raksasa. Keterlibatan mengenai server milik
Google, Yahoo, Apple, Facebook Microsoft, PalTalk, YouTube, Skype, dan
AOL ini sebelumnya terungkap dari slide yang telah dibocorkan sebelumnya
dan dipublikasi di Washington Post dan The Guardian.
Bocoran ini kemudian diketahui dilakukan oleh Edward Snowden. Pemerintah
AS saat ini masih berupaya untuk memulangkan dan memproses hukum
Snowden di negara asalnya itu. Belum diketahui posisi Snowden saat ini.
Terakhir Snowden diketahui masih di area transit bandara di Moskow,
Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin pun berjanji tak akan
mengekstradisi Snowden, yang saat ini disebut Putin berada di zona yang
secara hukum bukan wilayah Rusia.
Sekilas Sumber 2
Liputan6.com, Washington : Beberapa waktu lalu Amerika Serikat diketahui
berupaya melakukan penyadapan dengan memanfaatkan sembilan server milik
perusahaan teknologi raksasa yang berbasis di AS. Upaya penyadapan yang
dilakukan National Security Agency (NSA) ini diungkap Edward Snowden,
mantan asisten teknis Badan Intelijen AS (CIA) yang kemudian pindah ke
NSA. Dalam dokumen yang dibocorkan Snowden, penyadapan itu dilakukan
dalam program bernama PRISM.
Tapi ternyata aksi NSA tak hanya dilakukan terhadap warga sipil.
Dilansir dari laman Der Spiegel yang Liputan6.com kutip Senin
(1/7/2013), NSA juga diketahui melakukan penyadapan terhadap perwakilan
Uni Eropa di AS. Alat sadap itu dikabarkan dipasang di kantor Uni Eropa
di Washington dan New York.
Kabar ini terungkap dari dokumen "top secret" dari tahun 2010. Lagi-lagi
Edward Snowden yang menjadi pembocor informasi ini. Selain memasang
alat sadap di dalam gedung, komputer milik perwakilan Uni Eropa juga
'dibajak'.
Dengan demikian, menurut Der Spiegel, AS bisa mendengarkan tiap diskusi
yang dilakukan di dalam ruangan-ruangan di kantor Uni Eropa. Email dan
dokumen internal yang disimpan di dalam komputer pun bisa dengan mudah
didapatkan NSA.
Dokumen yang sama juga mengindikasikan operasi penyadapan elektronik di
kantor pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia. Lima tahun lalu, ahli
keamanan Uni Eropa menyadari ada sejumlah percakapan telepon yang jadi
target penyadapan. Dugaan itu menyebut upaya penyadapan menargetkan
gedung Justus Lipsius, bangunan ini merupakan kantor Konsulat
Kementerian Uni Eropa dan Konsulat Eropa.
Setiap perwakilan dari negara anggota Uni Eropa memang punya kantor di
gedung Justus Lipsius. Para menteri dari tiap negara itu pun bisa
menggunakan fasilitas komunikasi. Tentu saja aksi penyadapan bisa
mengetahui komunikasi yang dilakukan, baik itu via telepon atau koneksi
internet.
Pejabat keamanan kemudian melacak lokasi penyadapan berasal dari markas
Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO. Secara lebih jelas,
infiltrasi sistem komunikasi itu ternyata berasal dari kompleks bangunan
yang terpisah dari markas NATO, dan digunakan oleh analis NSA.
Berdampak Buruk
Der Spiegel tak menyebut sumber yang memberikan informasi penyadapan di
gedung Justus Lipsius. NSA pun belum memberikan komentar saat
dikonfirmasi Reuters.
Meski begitu, jika kabar ini terbukti benar maka tentu saja akan
mencoreng AS dan mengancam hubungan Eropa - AS. Presiden Parlemen Eropa
Martin Schulz pun mengakui kemungkinan dampak buruk dari hubungan
diplomasi AS - Eropa jika memang ada penyadapan.
"Mewakili Parlemen Eropa, saya meminta klarifikasi penuh dan informasi
lebih lengkap dari pejabat AS terhadap tuduhan ini," ucap Schulz dalam
pernyataan email kepada Reuters.
Perdana Menter Luxemburg Jean Asselborn pun menganggap aksi itu
menjijikkan jika terbukti benar. "AS sebaiknya mengawasi agen rahasianya
ketimbang sekutunya. Kami (Uni Eropa) harus mendapat jaminan dari
tingkat tertinggi di AS untuk hentikan ini segera," ucapnya kepada Der
Spiegel.
Sekilas Sumber 2
Liputan6.com, Washington : Beberapa waktu lalu Amerika Serikat diketahui
berupaya melakukan penyadapan dengan memanfaatkan sembilan server milik
perusahaan teknologi raksasa yang berbasis di AS. Upaya penyadapan yang
dilakukan National Security Agency (NSA) ini diungkap Edward Snowden,
mantan asisten teknis Badan Intelijen AS (CIA) yang kemudian pindah ke
NSA. Dalam dokumen yang dibocorkan Snowden, penyadapan itu dilakukan
dalam program bernama PRISM.
Tapi ternyata aksi NSA tak hanya dilakukan terhadap warga sipil.
Dilansir dari laman Der Spiegel yang Liputan6.com kutip Senin
(1/7/2013), NSA juga diketahui melakukan penyadapan terhadap perwakilan
Uni Eropa di AS. Alat sadap itu dikabarkan dipasang di kantor Uni Eropa
di Washington dan New York.
Kabar ini terungkap dari dokumen "top secret" dari tahun 2010. Lagi-lagi
Edward Snowden yang menjadi pembocor informasi ini. Selain memasang
alat sadap di dalam gedung, komputer milik perwakilan Uni Eropa juga
'dibajak'.
Dengan demikian, menurut Der Spiegel, AS bisa mendengarkan tiap diskusi
yang dilakukan di dalam ruangan-ruangan di kantor Uni Eropa. Email dan
dokumen internal yang disimpan di dalam komputer pun bisa dengan mudah
didapatkan NSA.
Dokumen yang sama juga mengindikasikan operasi penyadapan elektronik di
kantor pusat Uni Eropa di Brussels, Belgia. Lima tahun lalu, ahli
keamanan Uni Eropa menyadari ada sejumlah percakapan telepon yang jadi
target penyadapan. Dugaan itu menyebut upaya penyadapan menargetkan
gedung Justus Lipsius, bangunan ini merupakan kantor Konsulat
Kementerian Uni Eropa dan Konsulat Eropa.
Setiap perwakilan dari negara anggota Uni Eropa memang punya kantor di
gedung Justus Lipsius. Para menteri dari tiap negara itu pun bisa
menggunakan fasilitas komunikasi. Tentu saja aksi penyadapan bisa
mengetahui komunikasi yang dilakukan, baik itu via telepon atau koneksi
internet.
Pejabat keamanan kemudian melacak lokasi penyadapan berasal dari markas
Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO. Secara lebih jelas,
infiltrasi sistem komunikasi itu ternyata berasal dari kompleks bangunan
yang terpisah dari markas NATO, dan digunakan oleh analis NSA.
Berdampak Buruk
Der Spiegel tak menyebut sumber yang memberikan informasi penyadapan di
gedung Justus Lipsius. NSA pun belum memberikan komentar saat
dikonfirmasi Reuters.
Meski begitu, jika kabar ini terbukti benar maka tentu saja akan
mencoreng AS dan mengancam hubungan Eropa - AS. Presiden Parlemen Eropa
Martin Schulz pun mengakui kemungkinan dampak buruk dari hubungan
diplomasi AS - Eropa jika memang ada penyadapan.
"Mewakili Parlemen Eropa, saya meminta klarifikasi penuh dan informasi
lebih lengkap dari pejabat AS terhadap tuduhan ini," ucap Schulz dalam
pernyataan email kepada Reuters.
Perdana Menter Luxemburg Jean Asselborn pun menganggap aksi itu
menjijikkan jika terbukti benar. "AS sebaiknya mengawasi agen rahasianya
ketimbang sekutunya. Kami (Uni Eropa) harus mendapat jaminan dari
tingkat tertinggi di AS untuk hentikan ini segera," ucapnya kepada Der
Spiegel
Senin, 01 Juli 2013
Home »
Update Unlabel
» Sekilas Airdikit: NSA TERLALU (Sumber: Liputan 6.com)
Sekilas Airdikit: NSA TERLALU (Sumber: Liputan 6.com)
Related Posts:
NSA "Saatnya Disadarkan"Membaca dan mencermati apa yang dilansir beberapa media tentang terungkapnya pekerjaan usil National Security Agency (NSA) yang melakukan penyadapan sangat merugikan dan mengangkan… Read More
Sekilas Airdikit: NSA TERLALU (Sumber: Liputan 6.com)Sekilas Sumber 1 Liputan6.com, Washington : Episode mengenai penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat melalui National Security Agency (NSA) terus berlanjut. Tapi kali ini kisah… Read More
Jumlah TPS : Jumlah Suara : suara … Read More
… Read More
0 komentar:
Posting Komentar